Wisata kreativitas

Filed under: Creative Thinking, Learning, Managing People — itpin @ 8:27 am

Bila mendengar kata Ferrari, kebanyakan dari kita akan teringat Formula One Grand Prix, Michael Schumacher, atau mobil mewah buatan Italia. Tidak banyak yang tahu kalau perusahaan dengan karyawan sekitar 3.000 orang ini adalah salah satu perusahaan paling kreatif di Eropa. Kreativitas tersebut tidak saja tercermin pada produk-produknya, tetapi pada cara mereka membangkitkan kreativitas para karyawannya.

Sebagai contoh, Ferrari secara teratur menyelenggarakan program Creativity Club untuk para stafnya. Setiap kali pertemuan klub diselenggarakan, mereka akan mengundang para artis dari bidang seni yang berbeda-beda. Daftar undangan tersebut umumnya terdiri dari para pelukis, pemahat, pemusik, penulis, DJ, fotografer, chef, aktor, dan konduktor orkestra. Selain berbincang-bincang dengan para karyawan Ferrari, para artis tersebut juga diminta mengajarkan ketrampilan mereka melalui kursus-kursus singkat. Para peserta klub tersebut tidak dibatasi. Selain eksekutif dan kalangan manajer, para pekerja pabrik juga boleh ikut serta. Klub ini sangat diminati, karena selain menawarkan nuansa baru, juga memberi kesempatan bagi keluarga besar Ferrari untuk belajar melihat masalah secara berbeda.

Selain Creativity Club, perusahaan berlambang kuda jingkrak ini juga meluncurkan program-program seperti English@breakfast, English@tea, English@lunch, German@breakfast, dan sejenisnya, yang diperuntukkan untuk para karyawan yang ingin belajar bahasa asing dalam suasana santai.

Dari Ferrari, kita beralih ke perusahaan otomotif lainnya, Nissan. Ketika para staf Nissan Design International (NDI) mengalami kebuntuan di tengah-tengah proyek merancang model Pathfinder, wakil presiden NDI kala itu, Jerry Hirshberg, membuat keputusan yang mencengangkan. Dia mengajak seluruh staf, termasuk para teknisi dan sekretaris, untuk … menonton film Silence of the Lambs. Nonton setelah jam kerja selesai? Tidak, mereka menonton di siang hari. Hasilnya? Menurut penuturan Hirshberg, setelah acara tersebut, ketegangan di perusahaan tersebut berkurang perlahan-lahan. Dalam beberapa hari, ide-ide berdatangan dan masalah-masalah berhasil diselesaikan.

Cara Pixar lain lagi. Perusahaan pembuat film animasi 3 dimensi ini mendirikan Pixar University. Universitas ini menjalankan kelas-kelas, event, atau workshop yang berkaitan dengan pembuatan film animasi 3 dimensi, termasuk kelas-kelas melukis, memahat, atau creative writing. Setiap karyawan diharapkan menghabiskan 4 jam setiap minggu di universitas tersebut untuk terus mengembangkan diri dan kreativitas mereka, dan mereka dianjurkan mengambil kelas-kelas yang tidak berhubungan dengan pekerjaan mereka.

Ferrari, Nissan, dan Pixar adalah dua contoh perusahaan yang benar-benar serius mengembangkan dan memanfaatkan kreativitas staf mereka. Program-program yang kadang kelihatannya tidak berhubungan dengan pekerjaan tersebut justru sering membawa para staf belajar melihat pekerjaan dan masalah mereka dengan kaca mata lain. Ketiga perusahaan tersebut memahami pentingnya pemberian stimulus acak pada otak-otak yang bekerja di sana agar mampu melahirkan ilham-ilham kreatif.

Upaya memperoleh stimulus acak tersebut bisa juga dilakukan dengan melakukan benchmarking ke perusahaan lain. Akan tetapi, benchmarking paling efektif bukanlah dengan mengunjungi perusahaan pada industri yang sama atau yang masih berkaitan. Pilihlah industri yang berlainan. Perusahaan manufaktur yang ingin meningkatkan hubungan dengan distributornya bisa belajar dari divisi customer service hotel bintang lima atau call center perusahaan kartu kredit. Perusahaan minuman ringan yang ingin memastikan distribusinya selalu lancar bisa melakukan jiarah ke kantor FedEx atau UPS. Belajar dari industri yang tidak berhubungan tersebut lebih sering memberikan ide-ide kreatif.