KETIKA AKU BERCINTA DENGAN MALAIKAT


seberkas sinar pirang dari ujung pintu takbir
begitu kau hadirkan
tanpa mengundang cabik nodaku di masa silam
kau - biarkan aku mengarungi luas malam-mu
sungguh, tiada terbilang manik - manik waktu terbangun
menggantung cermin diri di serambi tahajudku

dengan sepuluh jemari kucoba membelenggu seluruh kesombonganku
tetap saja tiada berlari kereta doa - doa ini
melainkan menjadi terpaku, bahkan terbenam begitu dalamnya
mungkin aku hanya bisa bercerita
tentang pengembaraanku kepada semua yang tercinta
hingga fajar kian lukiskan wajah-mu di kasat keheninganku

ya gusti,
begitu ufuk timur-mu yang kembali teduh
belum juga waktu subuhku terhabiskan dengan
raut kerinduan
saat bayang - bayang malaikat telanjangi kontemplasi sakralku
ibarat terdengar lagi gema tautan tasbih
bau lorong - lorong sepertiga malam yang
akrab mengantarku menyusuri kegelapan
nyaris menggubah cinta yang mistis

lalu angin fajar shadiq menyapa
waktu tubuhku berkencan dengan bayang - bayang itu
hadirkan keromantisan doa yang begitu indah
kemudian bagai dalam gulungan air
aku terbang entah kemana
jauh, bahkan begitu jauhnya untuk kujamah lagi
bias malaikat yang alangkah gaib

yakni sinar-mu yang hadir
bangunkan sadarku di lantai istighfar
tenggelam di laut kenistaan sendiri
( malaikat - malaikatku tercinta
kapan lagi mereka turun
membalas cintaku di sini ? )