Hingga Ujung Waktu

Serapuh kelopak sang mawar
Yang di sapa badai berselimutkan gontai
Saat aku menahan sendiri di terpa
Dan luka oleh senja …

Semegah sang mawar di jaga
Matahari pagi bermahkotakan embun
Saat engkau ada di sini dan pekat
Pun berakhir sudah

Akhirnya aku menemukanmu
Saat ku bergelut dengan waktu
Beruntung aku menemukanmu
Jangan pemah berhenti memilikiku
Hingga ujung waktu

Setenang hamparan samudra
Dan tuan burung camar
Takkan henti bernyanyi

Saat aku berkhayal denganmu
Dan janjipun terukir sudah
Jika kau menjadi istriku nanti
Fahami aku saat menangis

Saat kau menjadi istriku nanti
Jangan pemah berhenti memilikiku
Hingga ujung waktu
Jika kau menjadi istriku nanti

Fahami aku saat menangis
Saat kau menjadi istriku nanti
Jangan pemah berhenti memilikiku
Hingga ujung … Waktu

Mengawali postingan kali ini saya sajikan dengan lagunya Sheila On 7 - Hingga Ujung Waktu *habis karaokean sama teman2 eh dengar lagu ini seperti dejavu dengan kisah2 klasik masa lalu :D *, lagu romantis yang cukup menggugah sejak SMA ini.

Saya ngak tau kenapa akhir-akhir ini, banyak hal yang terkait cinta asmara yang menimpa teman-teman saya (saya juga kali yakz :D ) dan mungkin juga terjadi di dunia blogsphere ini. Oia, Saya hanya manusia biasa aja yang ingin mencoba mendapatkan pelajaran dari semuanya ini.

Antara Cinta dan Tanggung Jawab

Dalam menjalin hubungan itu, baik itu hubungan dengan kekasih, ada satu hal yang kadang terlupakan karena terlena oleh ketakjuban akan indahnya cinta, yaitu tanggung jawab.

Saya tertarik membaca tulisan dari Dewi Lestari berjudul Catatan sebuah perpisahan. Memang penyajian kata-kata yang begitu dahsyat orang-orang akan terlena membaca tulisan itu dan membenarkan apa yang dilakukannya. Cinta atau hubungan yang sudah mencapai taraf kadaluarsa sehingga orang tidak bisa berbuat apa lagi, sehingga tindakan lain dijadikan alasan. Tapi menurut saya ada hal yang kurang dalam menjalin hubungan suami-istri yaitu tanggung jawab.

Suami-istri atau terserahlah jenis hubungannya itu, pasti bisa hingga ujung waktu jika disertai dengan namanya tanggung jawab. Tanggung jawab untuk tetap setia dengan pasangannya, tanggung jawab untuk tetap menjaga cintanya, menjaga keutuhan rumah tangganya, dan tanggung jawab lainnya, yang saya rasa yang sudah berkeluarga lebih tau dari saya yang belum berkeluarga ini.

Seseorang cowok/cewek bisa saja menjadi latah untuk melakukan hubungan sekedar petting atau malah sampai ke ML karena dia hanya didasari oleh cinta yang mengarah ke nafsu untuk bercinta. Coba kalo hubungan itu didasari oleh tanggung jawab, pasti baik dari pihak laki-laki akan menjaga keperjakaannya dan menjaga keperawanan calon istrinya sampe dihalalkannya hubungan itu, demikian pula sebaliknya sang wanita kepada lelakinya.

Jadi jangan heran pula ketika ditemu ada pasangan yang hendak menikah karena MBA (Married Because Accident), tetapi cowoknya ndak mau karena emang tidak ada rasa tanggung jawabnya ketika melakukan ML itu.

Seseorang dengan mudahnya memutuskan pacarnya atau mencari wanita/pria lain untuk menjalin hubungan karena memang sejak awal yang dipupuk adalah rasa cinta, bukan disertai dengan tanggung jawab.

Demikian pula cinta kita kepada Tuhan kita, ketika hubungan kita sama Tuhan hanya dilandasi cinta, Kita memang selalu mengingat Tuhan ketika ada masalah, tetapi ketika tanpa ada tanggung jawab melaksanakan perintahNya dan menjauhi laranganNya, termasuk tanpa tanggung jawab untuk bersyukur padanya, yah akhirnya hubungan Tuhan dan Makhluknya terbatas hanya kepercayaan tanpa adanya kesadaran untuk bertanggung jawab.

Jadi tidak salah Ketika Cinta dan Tanggung Jawab itu disandingkan, hubungan hingga ujung waktu akan terlaksana.