MANAGEMENT SPIRITUAL

Seringkali terlintas dalam hati saya sebuah pertanyaan mendasar, mengapa negeri yang melimpah dengan kekayaan alam dan dihuni oleh mayoritas Muslim ini, tak henti-hentinya didera krisis dan tak dapat bangkit menunjukkan kebesaran dan kegagahannya? Padahal Islam telah banyak mengajarkan kita bagaimana menjadi bangsa yang besar dan gagah, memimpin bangsa-bangsa di dunia ini di bawah kebesaran dan kegagahan Allah yang Maha Besar dan Maha Gagah. Sikap skeptis pun seringkali muncul, melihat begitu parahnya kerusakan akibat prilaku korup di negeri ini. Korupsi tidak lagi hanya sebagai kejahatan personal, tetapi sudah menjadi kejahatan struktural yang berakar menjadi sebuah culture. Siapa pun menjadi sulit menghindar dan menjauh dari prilaku korup bangsa ini, sadar ataupun tidak kita sadari. Fakta telah berbicara, tiga tokoh yang terkenal jujur dan bersih di negeri ini tanpa disadarinya terjebak oleh prilaku korup bangsa ini. Penasihat Komisi Pemberantasan Korupsi, Abdullah Hehamahua pun berkata, “Berdasarkan 30 jenis perbuatan korupsi yang ditetapkan dalam UU Nomor 31 Tahun 1999, harus ditangkap 3,7 juta PNS, semua anggota DPR, DPRD, presiden, wakil presiden, para menteri, gubernur, bupati, wali kota, direktur BUMN/BUMD, para rektor, dosen, guru, pemimpin pesantren, dan mahasiswa.” Mari kita bertanya, sucikah diri kita dari prilaku korup bangsa ini?

Di dalam ketermenunganku hatiku pun bertanya, bukankah bangsa ini bangsa yang relijius? Bukankah ritual keagamaan begitu tampak di negeri ini? Tapi mengapa nilai-nilai ketuhanan tak mampu terpancar dalam realitas sosial bangsa ini? Saya baru sadar bahwa ternyata kita lupa melakukan “zero mind process” terhadap 7 (tujuh) hal yang selama ini telah membelenggu hati kita, sehingga tak mampu memancarkan nilai-nilai ketuhanan dalam realitas sosial bangsa ini. Nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, visioner, kedisiplinan, kerjasama, keadilan, dan kepedulian yang harusnya terpancar ke luar diri kita, terbelenggu oleh prasangka buruk, prinsip hidup yang keliru, pengalaman masa lalu yang membelenggu pikiran, kepentingan yang sempit/picik, sudut pandang yang parsialistik, pembanding dan literatur yang keliru. Padahal, nilai-nilai itulah yang akan membuat pribadi, keluarga, perusahaan, dan bangsa kita menjadi besar dan gagah di bawah kebesaran dan kegagahan Allah Yang Maha Besar dan Maha Gagah!

Sudah puluhan tahun migas di negeri ini dieksploitasi, namun hanya sebagian kecil saja yang merasakan kenikmatannya. Sebagian besar rakyat Indonesia justru menjadi korban, atas prilaku eksploitatif para pelaku industri migas bersama para pemegang kekuasaan di negeri ini yang tidak pernah mendengar suara hatinya, karena terbelenggu oleh ketujuh hal di atas. Ribuan sarjana Perminyakan telah dilahirkan, namun ketergantungan pada kemampuan Asing masih tetap tinggi. Sudah trilyunan rupiah biaya riset dikeluarkan oleh perusahaan minyak, namun sangat jarang melibatkan perguruan tinggi di negeri ini, sehingga riset kita tetap tertinggal dan tak mampu menunjukkan kemajuannya. Sampai kapankah kondisi ini akan kita biarkan?

Indonesia Emas 2020 harus sudah kita tanamkan dalam hati, sebagai visi kita ke depan membangun bangsa ini menjadi bangsa yang besar dan gagah di bawah kebesaran dan kegagahan Allah Yang Maha Besar dan Maha Gagah. Saatnya sekarang kita satukan hati dengan nilai-nilai kejujuran, tanggung jawab, visioner, kedisiplinan, kerjasama, keadilan, dan kepedulian. Kita bersihkan pikiran dan hati kita dari ketujuh hal yang selama ini telah membelenggu kita, dan menyebabkan hati kita tak dapat memancarkan nilai-nilai tersebut. Kita bangun mental dengan star principle (hanya untuk Allah kita hidup), angle principle (integritas malaikat, hidup tanpa pamrih), leadership principle (meneladani kepemimpinan Nabi & Rasul), learning principle (manusia pembelajar bersumber pada Kitab Suci), vision principle (visi jauh ke depan, dunia & akhirat), dan well organized principle (siap dan ikhlas dengan segala peran, kondisi, tantangan, dan risiko yang dihadapi). Kita harus pastikan bahwa seluruh tindakan kita selalu berada pada “garis orbit“-nya, sebagaimana gerakan seluruh makhluk/benda/partikel yang ada di alam raya ini. Lakukan mission statement (menetapkan misi kehidupan hanya sebagai pengabdian kepada Allah di setiap bidang melalui syahadat), character building (mengasah ketujuh nilai dasar di atas sebagai prilaku sosial kita, melalui shalat serta mengaplikasikannya dalam kehidupan sehari-hari sehingga menjadi karakter luhur), self controlling (melindungi ketujuh nilai dasar tersebut dari faktor internal dan eksternal yang dapat merusaknya, mencegah dan menyingkirkan semua kebiasaan buruk, membentuk dan melatihnya melalui puasa), strategic colaboration (mengeluarkan potensi ketujuh nilai dasar tersebut menjadi langkah nyata, berkolaborasi dengan lingkungan sosial melalui kebiasaan memberi melalui zakat), dan total action (mentransformasikan potensi diri - IQ, EQ, dan SQ - dan 7 nilai dasar tersebut menjadi derap langkah secara total dalam setiap gerak kehidupan dengan melatihnya melalui haji).

Inilah sedikit kisah perjalanan spiritual saya dalam menemukan kembali mutiara yang hilang, hakekat kehidupan sejati, melalui ESQ Training 3 Hari. Mari kita ambil bagian dalam mewujudkan Indonesia Emas 2020, dengan menanamkan nilai-nilai ESQ ini dalam diri dan keluarga kita. Bangkitlah Indonesiaku! Bangkitlah Industri Migasku!